6.24.2009

pergerakan mahasiswa aceh


Membedah sejarah pergerakan mahasiswa di Aceh tentu tak terlepas kondisi yang berpihak kala itu. Mengapa saya berkata sepeti itu. Jelas nilai sebuah keadaan yang mendongkrak keberhasilan aktivis era 80-an hingga era 98-an. Berbicara teori kemajuan tidak hanya tercipta dari proses dialektika dielektika pikiran manusia tetapi didukung keadaan yang berpihak saat itu.

Pergerakan Mahasiswa di Aceh, bahkan seluruh dunia kacamata berpikir saya beranjak serta mengawali melalui pemahaman intelektual kaum proletar bersinergis dengan intelektual organik yaitu mereka yang secara organik muncul dari setiap kelas yang tertindas atas kekuasaan yang tidak berpihak kepada rakyat. Kala itu era 80 an dan 98 an kesadaran pergerakan mahasiswa sangat kental karena masa itu mereka memiliki konsep apa yang akan diperjuangkan, kepada siapa mereka menentang, dan untuk siapa mereka berjuang. Mengkaji secara objekti kondisi pergerakan mahasiswa saat ini mengalami keterpurukan. Karena tidak ada sebuah itikad atau pemikiran untuk melakukan transformasi intelektual dari mereka yang kenyang akan pengalaman dan pengetahuan.

Dulu jelas pergerakan mahasiswa memiliki tujuan perjuangan antara lain referendum, turunkan sembako, dan tarik militer di Aceh, dan hilangkan budaya pelanggaran HAM. Empat hal itu yang menyatukan kekuatan serta solidnya pergerakan. Membongkar kondisi kekinian telah menunjukan mahasiswa terparsialkan tanpa tujuan dan konsep yang jelas. Lalu dibenak pikiran saya bertanya siapa yang patut disalahkan?. Apakah kaum aktivis pergerakan yang tidak melakukan kewajiban regenerasi pikiran.

Aktivis mahasiswa telah menjadi roda penyeimbang dalam kancah kehidupan masyarakat Aceh. Historis menunjukan kaum mahasiswa di Aceh telah menjadi kekuatan besar yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Terbukti momentum referendum menjadi salah satu ukuran keberhasilan pergerakan mahasiswa masa itu. Siapa sangka 2 juta komponen masyarakat sipil bersatu menuntut referendum, bahkan Thailand yang bergerakan sipil bagus belajar ke Aceh,

keberhasilan mahasiswa lagi menumbangkan rezim Suharto sehingga momentum itu dikenal dengan sebutan reformasi 1999 serta dapat mengkristalkan pilihan hidup masyarakat Aceh.

Intinya mahasiswa sebagai motor pembaharuan, karena mahasiswa memiliki posisi strategis yaitu kaum berintelektual (Agent of change and social control red). Mahasiswa tetap kritis untuk melakukan fungsi kontrol sosial menjadi penting untuk terus dilakukan. Menjadikan mahasiswa untuk terus berposisi sebagai agen perubahan adalah salah satu syarat perubahan dan perbaikan tatanan kehidupan secara terus menerus dan mengikuti zaman. Bila amanah itu hanya menjadi symbol saja di dalam dirinya, maka akan terjadi preseden buruk bagi generasi mendatang.

Timbul pertanyaan mendasar. Apakah selalu kaum mahasiswa selalu menggunakan pola pola aksi demostrasi fisik dan berhadapan dengan penguasa dalam menyampingkan aspirasi dari hak rakyat yang termarginalkan?. Selanjutnya berapa banyak korban jiwa lagi harus dipertaruhkan (menjadi tumbal red) untuk tujuan yang diyakinkan pro rakyat?. Adakah solusi serta alternative apa yang mungkin digunakan mencapai tujuan mulianya?.

Bahkan saya terinspirasi oleh Sun Tzu ksatria Cina tahun 500 S.M. dalam bukunya The Art of War mengatakan “attaining one hundred victories in one hundred battles is not the pinnacle of excellence. Subjugating the enemy’s army without fighting is the true pinnacle of excellence.” Singkat seninya bagaimana mencapai tujuan & musuh kalah tanpa bertempur dan berkorbanan secara fisik! ya solusinya melalui teknik information warfare & psychological warfare berbasiskan membuat media alternative serta membangun jaringan dengan komponen masyarakat sipil di Aceh.menjadi salah satu barangkali kunci menghidupkan pergerakan mahasiswa kembali yang telah lama mati suri.

Media Kampus Alat Perjuangan

Solusi alternative tersebut bertujuan mengembangkan daya kritis yang mengerti akan hak hak dasar. Wadahnya membentuk unit kegiatan mahasiswa pers kampus sehinnga media alternative bentuk sederhana yang yang memungkinkan fungsi penyeimbang terus di emban tanpa perlu mengorbankan kaum intelektual muda dalam proses pencapaian tujuan-nya karena harus secara fisik berhadapan Dengan permasalahan yang cenderung memarginalkan mahasiswa itu sendiri. Pencetusan media jurnalistik di kampus secara mandiri dimotori kaum intelektual muda menjadi landasan kuat dalam mencerdasakan cara pandang dan berpikir mahasiswa melalui penulisan.

Metode penerbitan koran&tabloid dikalangan kampus melalui wadah/organisasi UKM Pers bukan bagi metode baru sebagian kampus di Aceh khususnya dan Indonesia secara umum telah melakukannya. Bila kemampuan jurnalistik telah tertempah dikalangan mahasiswa, maka tanpa sadar dirinya akan memperjuangkan hak hak dasar berbentuk tulisan opini, artikel, dan berita. Bila dibina secara simultan harus dibarengi strategi regenerasi. Langkah selanjutnya berupa membuat koran-koran ini menjadi sebuah kesatuan aksi dalam jaringan informasi memanfaatkan infrastruktur yang ada serta bersinergisitas dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM red) guna mengetahui issue issue lingkungan, politik, ham, kepemerintahan, dan gender mainstreaming.

Berbagai aktifitas yang dilakukan serta buah fikir dari mahasiswa yang kreatif dan membangun dipandang penting untuk diketahui oleh mahasiswa yang lain. Begitu juga dengan berbagai aktifitas yang dilakukan oleh penggerak aktifitas sosial serta berbagai komponen lain diluar kampus serta berbagai fenomena yang terjadi diluar, menjadi penting untuk diketahui oleh kalangan kampus. Karena selain melakukan aktiftas pendidikan dan penelitian, mahasiswa juga dituntut untuk melakukan pengabdiannya di masyarakat sebagai wujud dari aktualisasi tri darma perguruan tinggi.

Para mahasiswa yang memiliki bakat menulis juga memiliki wadah untuk mengembangkan dirinya, berbagai ide perubahan yang ada dikalangan kampus bisa tersampaikan dengan lebih luas, serta juga akan menjadi tempat tukar fikiran dan pengalaman antara sesama insan kampus serta dengan komunitas diluarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar